Pertumbuhan perusahaan fintech Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai Indonesia menjadi negara yang paling cocok dan diuntungkan dengan implementasi teknologi di sektor keuangan atau financial technology (fintech) karena memiliki potensi besar.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan beberapa faktor yang menunjukkan kecocokan penerapan fintech itu di antaranya posisi geografis Indonesia yang mencapai 17.000 pulau dan kehidupan di Tanah Air yang cukup dominan tinggal di daerah pelosok (remote).
Menurut
Ketua OJK, pertumbuhan teknologi mendorong transaksi di bidang ini terus
bertumbuh. Sebagai perbandingan, kata Wimboh, data penjualan e-commerce
sudah mencapai US$ 7 miliar atau sekitar Rp 98 triliun (dengan asumsi kurs
Rp 14.000/dolar AS). Jumlah itu naik 22% dari tahun sebelumnya. Bahkan
pertumbuhan transaksi e-commerce bisa menuju Rp 100 trilliun
dan terus meningkat
Indonesia, katanya, berbeda secara karakter
dengan negara lain seperti China, Malaysia, Thailand serta Singapura secara
geografis dan karakter masyaraat. Secara jumlah, dengan pembeli e-commerce yang
mencapai 28 juta saat ini, Indonesia cukup dominan dibandingkan pembeli
dari Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
“Penduduk Singapura sekitar 3 juta, jadi
Singapura semua sudah pakai internet, tapi hanya 3 juta penduduk Malaysia dari
30 juta penduduknya, jadi total penduduk Asia 50% itu Indonesia. Jadi betapa
besarnya Indonesia,” katanya.
“Kalau dulu besar iya, tapi begitu enggak
ada teknologi useless, mengirim barang mahal. Mau didik orang harus
datang ke sana, dengan teknologi sangat mudah diakses. Masyarakat bisa
menikmati semua produk jasa keuangan,” ujarnya.
Dalam paparannya,
Wimboh mengungkapkan saat ini dalam industri fintech,
Indonesia berada di urutan 16 sebagai negara dengan ekonomi terbesar, dan tahun
2030 diprediksi Indonesia bisa berada di urutan ke 7 terbesar di dunia dalam
industri fintech.